بسم الله الرحمن الرحيم
Pekan Ke- | 4 |
Judul Materi | Who Am I?: Mengenal Hakikat Diri & Tujuan Hidup |
Tujuan Pembelajaran |
|
Tujuan Mentoring |
|
[Doa pembuka + Shalawat + kata-kata pembuka]
[Ngobrol: Nanya kabar, nanya gimana setelah mentoring pekan lalu tentang "Hidup 24/7 Bernilai Ibadah", apakah ada yang coba meniatkan aktivitas sehari-hari (seperti belajar atau bantu orang tua) sebagai ibadah? Apa yang dirasakan? dsb. Sesuaikan saja]
Alhamdulillah, pekan lalu kita sudah bahas life-hack keren tentang gimana caranya semua aktivitas kita bisa jadi pahala. Tapi mungkin ada pertanyaan mendasar yang muncul, "Kenapa sih kita harus beribadah? Kenapa hidup kita harus sebegitunya untuk Allah?" Nah, untuk menjawab itu, kita perlu mundur selangkah dan menanyakan pertanyaan paling fundamental dalam hidup kita:
"Sebenarnya, siapa sih aku ini?"
Ini mungkin terdengar filosofis, tapi jawabannya adalah kunci untuk membuka semua pertanyaan lainnya.
1. Diciptakan atau Muncul Sendiri? Sebuah Pertanyaan Logis
Temen-temen, pernah ngga kita bener-bener merenung, dari mana kita berasal? Kalau kita lihat HP di tangan kita, atau laptop di depan kita, kita pasti 100% yakin benda itu ada yang bikin, ada pabriknya, ada desainernya. Mustahil kan HP itu tiba-tiba muncul sendiri dari kumpulan pasir dan logam?
Logika yang sama berlaku untuk diri kita yang jauuuuh lebih kompleks dan sempurna dari HP. Allah menantang logika kita dalam Al-Qur'an:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun (pencipta) ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. At-Tur: 35)
Ayat ini "menusuk" langsung ke inti. Ada dua kemungkinan: kita muncul dari ketiadaan (mustahil), atau kita menciptakan diri kita sendiri (lebih mustahil lagi!). Maka, satu-satunya jawaban logis adalah: kita adalah makhluk, ada yang menciptakan kita, yaitu Sang Khaliq, Allah Ta'ala.
Ini adalah identitas pertama dan paling hakiki: Aku adalah seorang makhluk.
2. Diciptakan Bukan Untuk Main-Main
Oke, kita sudah sadar kalau kita diciptakan. Pertanyaan selanjutnya:
Apakah kita diciptakan tanpa tujuan? Cuma untuk hidup, makan, sekolah, kerja, dst. terus mati?
Rasanya nggak mungkin. Pencipta Yang Maha Sempurna pasti punya tujuan agung di balik ciptaan-Nya.
Allah menegaskan hal ini:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu'minun: 115)
Jadi, hidup kita ini serius, temen-temen. Allah Ta'ala tidak serta merta menciptakan kita tanpa adanya tujuan. Setiap dari kita punya misi, punya peran, punya fungsi yang sudah ditetapkan. Ketika kita menyadari ini, hidup kita jadi punya arah dan makna yang jelas.
3. Dua Peran Agung Manusia di Muka Bumi
Jadi, apa tugas dan peran kita itu? Al-Qur'an menjelaskan dua peran utama kita:
A. Sebagai 'Abdullah (Hamba Allah)
Ini adalah peran vertikal kita, hubungan kita langsung dengan Allah. Tujuan utama kita diciptakan, sebagaimana yang sudah kita bahas, adalah untuk beribadah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Menjadi 'hamba' bukanlah sebuah kehinaan, justru ini adalah puncak kemuliaan. Karena kita sedang menghambakan diri kepada Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Pengasih, dan Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Dengan menjadi hamba-Nya, kita membebaskan diri dari perhambaan kepada selain-Nya (harta, popularitas, hawa nafsu, dll) yang hal tersebut tentunya hina.
B. Sebagai Khalifah fil Ard (Pemimpin/Pengelola di Muka Bumi)
Ini adalah peran horizontal kita, hubungan kita dengan sesama makhluk dan alam semesta. Allah memberikan kita amanah untuk mengelola bumi ini.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'” (QS. Al-Baqarah: 30)
Menjadi 'khalifah' bagi kita sebagai pelajar artinya apa? Artinya kita harus jadi agen kebaikan di lingkungan kita. Belajar sungguh-sungguh agar jadi orang cerdas yang bisa membawa maslahat . Menjaga lisan dan perbuatan agar tidak merusak. Mengajak teman pada kebaikan. Bahkan, tidak membuang sampah sembarangan pun adalah bagian dari tugas kekhalifahan kita!
4. Puncak Pengenalan: Mengenal Diri Akan Mengenal Tuhan
Para ulama salaf (ulama terdahulu) mengatakan sebuah ungkapan yang sangat indah:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
"Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Rabb-nya."
Maksudnya gimana? Saat kita merenungkan diri kita, kita akan sadar betapa lemahnya kita (butuh makan, minum, tidur, gampang sakit, gampang lupa). Saat kita sadar kelemahan diri, di saat yang sama kita akan sadar betapa Maha Kuatnya Allah. Saat kita sadar kefakiran (ketergantungan) kita, kita akan sadar betapa Maha Kayanya Allah.
Inilah puncak dari mengenal diri. Bukan tentang menemukan "passion" semata, tapi menemukan hakikat kita sebagai hamba yang lemah di hadapan Rabb Yang Maha Agung.
Jadi, kalau kita renungkan, jawaban dari "Siapa Aku?" adalah:
Aku adalah seorang hamba Allah yang diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi. Aku adalah yang muslim yang terbaik di segala situasi dan tempat.
Ketika kita sudah memegang erat identitas ini, maka seluruh aktivitas kita, seluruh pilihan hidup kita, akan selalu kita timbang: "Apakah ini sesuai dengan peranku sebagai hamba? Apakah ini akan membantu tugasku sebagai khalifah?"
Dan inilah bentuk syukur tertinggi kita sebagai makhluk: menjalankan peran yang diberikan oleh Sang Pencipta dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan menghamba atau beribadah kepada-Nya.
[Diskusi/Tanya Jawab]
[Doa Penutup]
Who Am I?